Kalau ditanya warna kesukaan, aku selalu jawab biru. Dari kecil sampai sekarang entah kenapa jawabannya selalu sama. Sebenernya ngga ada yang spesial sih sampai ngejadiin biru sebagai warna kesukaan. Mungkin karena sehari-hari aku lebih banyak bertemu dengan warna biru, langit contohnya. Atau mungkin karena aku suka banget mandangin laut berjam-jam. Atau karena biru itu terlihat simpel, ngga condong ke pihak tertentu –kayak warna pink–, dan eye-catching.
Ada masanya aku pengen ganti warna kesukaan, hijau misalnya. Soalnya menurutku hijau setipe sama biru, simpel dan eye-catching. Iya, aku suka banget mandangin pohon-pohon yang berjajar sepanjang jalan tol, selain mandangin langit. Motivasiku pengen beralih ke hijau karena banyak banget yang suka sama biru. Kan, aku jadi cemburu. Eh, ngga gitu juga sih.
Katanya, arti warna biru adalah kesetiaan, ketenangan, sensitif, dan bisa diandalkan. Tuh kan, warna biru tuh se-elegan itu. Susah banget buat move on dari biru.
Sebenernya tadi saat perjalanan pulang aku malah terpaku sama langit dan pohon, padahal niat awal mau tidur. Terimakasih kepada tempat duduk yang seadanya karena di sebelahku ditempatin sama cowok berbadan subur, dan kepada karyawan kampus yang menjajah bus mahasiswa kami, jadinya ngga nyaman banget buat tidur. Dan terimakasih kepada langit dan pohon yang udah bercerita dalam kesunyian.
Aku suka mandangin langit dari jaman SMA setelah baca novel yang aku lupa judulnya apa dan jalan ceritanya kaya gimana. Yang aku inget cuma satu, yaitu tokoh utamanya suka banget mandangin langit dan melihat ‘cerita’ yang disuguhkan langit. Dari situ, aku jadi suka ngeliat berbagai macam hewan dan tumbuhan yang dilukis langit. Juga cerita yang cuma bisa aku pahamin. Tapi setelah lulus SMA kebiasaan itu jadi hilang. Padahal, langit adalah salah satu hal yang selalu ngingetin aku untuk bersyukur sebanyak-banyaknya.
Terus, aku juga jadi lebih sering merhatiin pohon karena ngga bisa tidur di bus, dan kepikiran hutan-hutan yang udah ditinggal sama pohon-pohonnya alias udah gundul. Dengan ngeliat hembusan angin kecil yang menerpa daun-daunan, cukup untuk ngebuat aku bahagia. Tapi lain cerita kalau lagi hujan angin. Agak serem saat ngeliat pepohonan berusaha bertahan menghadapi angin yang super kenceng. Semangat, Poh, aku selalu mendukungmu dari balik jendela bus yang buram karena air hujan.
Dan kesimpulannya, aku tetep suka biru. Maaf ya, hijau, kita belum ditakdirkan untuk bersatu.