Setitik langit biru terlihat di antara langit-langit yang mulai gelap. Angin berhembus pelan, tapi cukup kuat untuk menggugurkan daun yang sudah menguning. Suara klakson angkot yang berusaha mencari penumpangnya mengisi backsound pagi ini.
Hari ini masih sama. Bangun di waktu yang sama, aktivitas yang sama, dan perjuangan yang sama. Hanya saja, ada sesuatu yang berbeda.
Pria paruh baya dengan rambut sedikit beruban berjalan mendorong gerobak kerupuk sambil melirik gorengan di bahu jalan. Aku menatapnya sedih, teringat Ayah yang selalu bercucuran keringat mendahulukan anaknya walau perutnya sudah meronta-ronta minta diisi.
Supir angkot memandangku dari kursi mobilnya, berharap aku adalah salah satu penumpang yang akan memberinya beberapa lembar uang. Aku bergeming pilu karena tidak bisa melakukan apa-apa untuk membuat angkutannya terisi penuh.
Aku memandang langit yang sepi. Allah, tidak ada satu haripun yang tidak aku keluhkan. Allah, betapa egoisnya aku yang selalu menganggap ujian yang Kau beri kepadaku adalah yang paling berat di antara orang lain.
Seberkas cahaya matahari mulai nampak di ufuk timur. Aku tersenyum kecil. Allah, bantulah aku agar sekarang dan seterusnya bisa seperti mereka yang tetap kuat menjalani kehidupan.
Pagi hari, saat burung hinggap di pohon pinggir jalan.