Sumber: Google

Sebagian penghuni asrama yang jomblo menghabiskan malam minggunya di asrama tercinta. Bukan berarti sebagian yang lagi di luar asrama ngga jomblo. Ketahuilah bahwa mereka adalah jomblo sejati yang sedang melaksanakan tugas negara demi tercapainya cita-cita mulia mereka: menjadi istri idaman.
Malam tadi, salah seorang temenku bersemangat mengajak kami menonton film horror selepas sholat isya. Dulu dia takuuuut banget sama hal-hal horror, tapi sekarang malah ngajakin nonton film itu. Aku yang sedari dulu takut sama film horrorpun merasa gagal karena ngga pernah ada kemajuan.
Akhirnya aku mutusin buat ikut nonton, dengan segala peralatan perang yang udah disiapin: bantal, notebook, dan headset. Bantal berfungsi sebagai barang yang bisa dipeluk kalau tiba-tiba suasana berubah tegang. Notebook (yang di dalamnya ada tugas revisi) berfungsi sebagai pengalih perhatian. Dan terakhir adalah yang paling penting: headset, fungsinya sebagai peredam suara-suara horror yang ngga terduga kapan munculnya.
Menit-menit pertama, temen-temenku langsung teriak-teriak lebay sambil ngacak-ngacak rambut. Ngga jelas banget kan sambil ngacakin rambut?
Menit selanjutnya, mereka masih teriak histeris disaat aku cuma mandangin notebook sambil dengerin murotal lewat headset. Serius deh, lama-lama suara teriakan mereka bikin aku takut dibanding backsound film horrornya sendiri. Ternyata gini ya, nonton film horror bareng cewe-cewe rusuh ngga jelas. Bukan, aku bukannya selalu nonton film horror bareng cowo, tapi karena ini kedua kalinya aku nonton film horror setelah kelas 1 SMP nonton bareng keluarga besar.
Aku ngga bisa teriak kaya yang lain karena rasanya gendang telinga aku hampir pecah akibat suara teriakan mereka. Akhirnya selama film berlangsung aku cuma bisa nahan nafas sambil nutupin mulut, dan juga nutupin telinga karena aku masih sayang sama telingaku.
Film berakhir. Dan aku ngga bisa tidur.