sumber: google
Siang tadi, selepas rintik hujan berhenti menyelimuti bumi, aku bergegas menuju halte bus bersama kakakku. Kami harus berangkat ke Jatinangor untuk mengurus kepindahan kosan si bungsu.

Sekitar 15 menit kami menunggu dengan posisi berdiri karena kursi halte masih dibasahi sisa hujan tadi. Aku bergeming memandangi jalanan yang ramai lancar. Sesekali aku bertatap muka dengan supir angkutan umum yang berhenti di depan halte, persis di depanku. Setelah diam beberapa saat sambil membunyikan klakson tiada henti, sang supir kembali menancapkan gasnya.

"Kalau emang tujuannya sesuai sama angkot bapak sih, pasti bakal ada yang naik," gumamku sambil menghela nafas kesal.

"Tapi," kata hatiku yang lain menyahut, "bukannya itu salah satu bentuk usaha mereka?"

Aku tertegun.

Iya sih, seenggaknya mereka udah berusaha buat narik penumpang. Seenggaknya mereka ngga nyerah gitu aja. Seenggaknya mereka masih punya secercah harapan.

Hidup itu emang gitu ngga sih? Ia terus berjalan, dan setiap detiknya berharga, ngga bisa dikembalikan. Kalau gitu, bukannya kita harus selalu menempatkan usaha terbaik di setiap detik yang berlalu supaya ngga ada sedikitpun rasa menyesal di kemudian hari?