Kalau berpergian kemanapun, mau itu kuliah, jalan-jalan biasa, atau ke seminar, aku pasti ngga bisa bawa tas kecil alias tas cewe-cewe yang cuma sebesar novel. Aku punya temen, dia orangnya super simpel, ngga mau ribet. Akhirnya tiap kuliah cuma bawa tas selempang ukuran kecil. Tapi kerennya, jas laboratorium, sendal jepit, sama buku bisa masuk ke situ. Dan kami menamakannya sebagai tas Doraemon.
Sedangkan aku, sehari-hari selalu bawa tas gendong plus totebag, walaupun hari itu cuma satu mata kuliah. Emang sih aku sama dia beda kebutuhannya. Aku yang pulang-pergi Bandung-Jatinangor harus selalu bawa perlengkapan perang setiap hari, entah itu botol minum sebesar galon atau bekal makan demi menghemat uang yang udah habis duluan sama ongkos. Soalnya aku juga harus nyiapin amunisi kalau pulang malem yang harus naik travel dengan biaya sampai tiga kali lipat dibanding naik bus biasa.
Little Things in My Bag
Sedikit barang yang harus dibawa sehari-hari
Salah satu alasan kenapa aku bawa totebag adalah aku ngga suka kalau tas gendongku berat. Biasanya aku selalu bawa notebook buat mencegah kegabutan di kelas. Kalau gabut, aku buka notebook dan download drama korea hahaha. Engga deng. Semester kemarin, notebook aku pakai buat bikin tulisan di official account Line kemuslimahan di sela-sela kuliah ekonomi. Nyali aku besar banget ya, padahal dosennya lumayan killer. Yah, namanya juga hidup, harus berani ngambil tantangan. #jangandicontoh
Totebag adalah penyelamat di saat punggung udah ngga kuat menahan beban berat. Biasanya aku bawa kalau hari itu ada praktikum.
Barang yang wajib aku bawa, yang kadang bikin bimbang apakah hari itu harus dibawa atau engga, adalah botol minum. Kalau hari praktikum yang harus bawa jas lab, sendal jepit, modul, dan laporan setebal muka haters, botol minum adalah salah satu opsi barang yang bisa disingkirkan dari dalam tas. Tapi setelah aku istigfar dan inget kalau beli botol aqua adalah hal yang ngga ramah lingkungan, dan inget kalau di bus tingkat kehausan bakal melonjak drastis, akhirnya aku tetap setia bawa botol minum.
Ada tiga barang kesehatan yang wajib aku bawa: madu, freshcare atau minyak kayu putih, dan tissue. Temen-temenku pada heran ngeliat aku suka minum madu di kelas atau di manapun di sekitar kampus. Madu penting banget aku bawa karena bibirku gampang kering dan pecah-pecah, dan aku ngga suka pakai lipbalm atau lipstick, serius, aku ngga punya kedua jenis barang tersebut. Akhirnya ayah menyarankan aku untuk pakai madu. Karena aku suka makanan manis, why not? Minyak kayu putih dibutuhkan saat situasi genting yang biasanya terjadi di bus. Kalau pulang sore banget dan lagi hujan, biasanya bus bakal dingin, kayak lagi nongkrong di dalem kulkas. Nah, saat-saat seperti inilah minyak kayu putih punya peran yang sangat penting. Kalau tissue, aku bawa karena aku orangnya sangat ceroboh. Sedikit-sedikit numpahin minuman atau makanan. Bukan ceroboh sih namanya, tapi jorok hahaha.
Perlengkapan perang lainnya adalah hape, chargerpowerbank, dan dompet. Powerbank bener-bener jadi penyelamat saat detik-detik terakhir bus mau nyampe tujuan, karena biasanya aku harus mesen ojek online buat ke asrama. Powerbank juga bisa jadi barang yang bisa aku sedekahin karena sejujurnya aku jarang banget pakai, yang lebih sering pakai adalah temen-temenku. Oh iya, ketinggalan dompet bisa jadi salah satu mimpi buruk, makanya dompet ngga pernah aku keluarin dari dalam tas. Walaupun isinya cuma identitas biasa, tapi bisa sangat berguna kalau tiba-tiba aku hilang ingatan atau ngalamin kejadian buruk lainnya. Serem juga ya. Tapi entah kenapa pikiranku selalu menuju ke sana setiap menanyakan prioritas dompet.
Last but not least, adalah buku jurnal 2018. Kenapa penting banget sampai harus dibawa-bawa? Karena di jurnal ini semua kegiatan yang udah dan mau aku lakuin tertulis di sana. Juga semua hal yang mau aku capai di tahun ini, buat jadi trigger gitu deh.
Kalau kalian termasuk tim mana, bawa barang banyak atau sedikit?