Tumpukan skripsi di perpus

Aku memulai pagi di hari Senin seperti biasa. Menahan kantuk untuk tidak tertidur selepas shubuh dengan scrolling media sosial selama setengah jam. Kemudian beranjak untuk menghangatkan sepotong ikan tongkol dan tahu goreng. Sarapan pagi itu ditemani oleh segelas air hangat dan buku Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan karya Tasaro. Sesekali aku melirik hape, melihat apakah ada notifikasi baru. Tapi, sampai sarapanku habis, benda pintar itu masih bergeming.

Akhirnya aku memutuskan untuk bersiap-siap berangkat ke kampus. Yang penting ada usaha, urusan ketemu atau engga sih belakangan, pikirku.

Layar di hape menunjukkan pukul 8.40  saat aku sudah duduk di bus kota. Aku menghabiskan sepanjang perjalanan dengan tidur, dan menyengajakan data internet hape tidak dimatikan, kalau-kalau ada notifikasi masuk. Kurang dari dua jam, bus kota sampai di tujuan terakhir: kampus Unpad Jatinangor. Saat aku turun dari damri, notifikasi yang aku tunggu belum juga muncul. Aku mendesah, kemudian berjalan ke halte angkot Unpad dengan langkah gontai.

Turun dari odong-odong (angkutan di dalam Unpad), aku bisa melihat gedung fakultas yang begitu sepi. Aktivitas perkuliahan belum dimulai, tapi satu-dua mahasiswa tingkat akhir terlihat mengisi ruang kosong di gedung itu. Aku memberanikan diri ke ruang dosen di lantai dua saat menyadari kalau lab mikrobiologi terkunci. Meja kosong menyambutku di ruang yang aku tuju.

Chat yang hanya dibaca -tidak ada balasan, lab terkunci, dan meja kosong membuat kakiku melangkah pelan. Aku memukul pelan pegangan tangga yang terbuat dari besi. Rasanya baru pertama kali aku merasakan ini. Biasanya, saat pertemuan dengan dosen untuk bimbingan dibatalkan, aku melangkah dengan riang karena artinya tidak akan ada tugas tambahan. Tapi, kali ini berbeda. Sudah tiga kali aku batal bimbingan tugas akhir, entah karena dosen pembimbingku yang mendadak ada acara dan suatu kali aku ada urusan mendesak. Dan itu memakan waktu sampai satu bulan.

Aku sekadang sadar, kalau proses skripsi itu emang ngga gampang. Semuanya bergantung pada salah satu satu hal: timing. Iya, timing aku dan dosbimku selalu kurang pas. Dan ngga ada yang sia-sia di setiap proses yang udah aku jalanin, ya kan?